Minggu, 22 Februari 2009

say iam not desperate?

Say iam not desperate?? ….Well check again!


Siang bolong. Puanas. Di hari kerja. Di jam kerja. Pada saat teman, sohib, sodara, ipar, tetangga, pada asyik duduk depan komputer, dibawah AC, sembari mencari segenggam logam mulia.. gw malah duduk diantara 50-an ibu-ibu dan nini-nini, didepan panggung demo, dibawah tenda hijau, mencari segenggam buku resep yang dibagiin panitia …. Yeap that’s me in the middle with my manyun face. Diajak mertua liat demo masak ibu Sisca Soewitomo yang sebenernya bisa dibuat enjoy juga.. gitu-gitu kan nambah wawasan lho… masak. hehe. Menu hari itu adalah nasi oncom teri, zebra cake dan pasta. Jujur aja, seandainya matahari gak nongkrong bareng kita untuk liat demo hari itu, gw bisa amat sangat menikmati pertunjukan itu. Sebagian tamu uda mulai kipas-kipas dan menyiapkan payung just in case pas bubar masih kudu jalan pulang kerumah. Tapi emang dasar gembul, secara hasil demo masak itu semuanya dibagiin satu-satu ke para tetamu termasuk saya ini, walhasil, atas nama prinsip ga mau rugi, ludes lah 3 piring kecil yg diberi ke saya, malu deh, padahal mertua aja ga abish wekekek… dan gong-nya lagi,, ternyata saya dapet door-prize berupa 3 loyang beraneka bentuk dan berkesempatan diabadikan oleh sang juru potret… dan jadilah muke gile saya terpampang dengan manisnya di tabloid mingguan itu… yaikksss!

Senin, 16 Februari 2009

boleh lodeh

lodeh ini sangat nyeni, alias banyak member yang baru seperti wortel, cabe keriting dan buncis. Penambahan wortel disini cukup memeriahkan suasana karena warnanya jadi lebih centil. Rasanya hampir sama dengan lodeh pada umumnya, tapi yang ini cenderung lebih nendang karena bumbunya ditumis dulu, dan cabe kritingnya bikin pedes-pedes gimanaa gitu..

Isi:
Terong 4 bh (kupas, belah dua, potong 2 lagi, sebelum dipakai direndam di air- ini yang terakhir dipotong aja biar gak cepet item-item)
Labu siam 3 bh (kupas, potong kotak)
Wortel 4 bh (kupas, iris sedang)
Buncis ¼ kg (potong 4cm)
Daun melinjo se genggam
Daging 150 gr (yang biasa untuk sop, yang ada lemaknya)

Bumbu halus:
Cabe merah keriting 5 bh (ini untuk pewarnaan saja dan biar agak pedas, gak pake gpp)
Bawang merah 12 siung
Bawang putih 2 siung
Terasi 4 cm (tidak usah dibakar gpp, karena nanti juga ditumis)

Siapkan:
Cabe merah keriting 3 bh (iris miring)
Cabe ijo keriting 3 h (iris miring)
Pete 7 bh (belah dua)
Daun salam 1 bh

Lainnya:
Lengkuas 1 buah (digeprek)
Minyak untuk menumis
Gula 5 sdm
Garam secukupya (kl 2 sdm)
Santan 1 kelapa/instan (fungsinya hanya untuk membuat lebih putih kuahnya, jadi terserah berapa banyaknya)

Cara buatnya:

Rebus air dengan daging, lengkuas dan daun salam 2 bh sampai daging empuk (jika daging sudah mulai empuk, dikeluarkan dan dipotong kecil-kecil, lalu dicemplungkan lagi).

Ulek atau blender bumbu halus. Siapkan wajan dan tumis bumbu halus sampai matang lalu masukkan pete, daun salam, irisan cabe merah dan cabe ijo keriting, aduk sebentar, tiriskan.

Jika daging dalam rebusan sudah empuk, masukkan tumisan bumbu halus tadi kedalam rebusan air, tambahkan gula dan garam 1 sdm dulu, aduk terus sampai tercampur. Lalu masukkan santan, aduk agak lama.

Setelah benar-benar mendidih, pertama masukkan labu siam sampai hampir empuk, kedua, lalu masukkan terongnya sampai hampir empuk juga, ketiga masukkan buncis sampai empuk, terakhir masukkan daun melinjo, aduk sebentar. Cek rasanya, terutama garam, tambahkan sampai sesuai selera. Selesai.

Ekstra:
Labu siam dimasukkan setelah air benar-benar mendidih, karena jika tidak, warna labunya bisa kusam.
Kalau tidak ada santan, diganti dengan susu juga gapapa.

Rabu, 11 Februari 2009

PD is debes

Ini bermula dari kepedean saya yang ketinggian dengan mencantumkan pengalaman saya sebagai daily worker di salah satu hotel bintang lima di Jakarta… cuma masalahnya, saya ga bilang magangnya berapa lama.

Saya punya obsesi untuk bikin resto, dan waktu sempet tinggal di tetangga dibawah sana, saya kepingin banget dapet pengalaman kerja di dapur restoran terkenal yang kebetulan deket banget sama rumah.

Kalo gak salah hari sabtu jam sepuluhan pagi, saya jingkrak-jingkrak, senyam-senyum yang terlalu lebar, bahkan sampe lupa arah jalan ke supermarket yang tinggal 50an meter lagi…

’hi Immi?....yes, i think we have a position in the kitchen..’

… oh boy oh boy those magic words gonna change my life! Iya, akhirnya saya ditelpon balik sama pemilik resto itu dan meminta saya untuk datang ketemuan!

Ngobrol-ngobrol dengan bahasa Inggris yang ngepas, saya diajak ngintip ke dapur dan bar. Waduuh rasanya gimanaaa gitu.. seneng banget! Akhirnya bisa cerita sama temen2 kalo aku kerja di restoran! Di luar negri! Heheheh… (katro ya..) dan sepertinya si pemilik resto ini juga cukup senang akan ‘kehadiran’ aku. Beberapa hari kemudian saya diajak tour de dapurnya lagi,, dan sembari jalan ke dapur dia sempet bilang :

‘it’s a very good recommendation for me that you’ve worked at a hotel’

(eh-heh…mati aku! jangan tanya pleease...)

Sambil meminta perhatian dari seluruh staf dapur, tiba-tiba….

‘okey Everybody, this is Immi, she’s WORKED AT A HOTEL.. and she’s gonna work with us!’

Duennggggg!!!!

(‘Oh sh@#*! Kenapa pake pengumuman segala sih… tenang immi.... just keep ur teeth wide open..)

‘how many staffs were there at the banquet?’

‘eum….eum… (aduuh kan banyak banget.. tapi aku ga yakin semuanya orang banquet apa bukan ya… apa cuma lagi numpang lewat… duuh…) eum… around twenties.. I guess… mm…’
(phh… dia gak nanya-nanya lagi, apa karena bingung?)

Akhirnya hari selasa aku kerja. Semuanya menurut aku lancar-lancar aja.. yaah.. paling kurang ini dikit itu dikit.. biasalah.. kan anak baru.. . Tiba-tiba baru dua kali kerja (saya ulangi: d u a k a l i) kerja, nama saya udah raib dari deretan roster kerja pagi dan siang! saya cari di roster malam,, lah kok juga ga ada?? Ada apa dengan cinta?? Beberapa kali nyoba ngontak si ‘dia’ dan manajernya, gaak ada yang jawab, akhirnya pada suatu pagi yang cerah namun mendebarkan itu saya beranikan diri untuk ndatengin dia langsung dan tanya! Ternyata..

‘Elizabeth (chef-nya) said that you worked very slow, you are not fast enough, that you are not experienced enough for the job so you have to work twice as fast.. blu blu blu…’

‘ [glek..] eum..Iam sorry about that.. but iam glad you told me, so now I know (walah pake sok bijak segala gw), but is there anything else I can do…’

Akhirnya pernyataan ‘anything else’ itu benar-benar anything else. Saya dipindah ke shift malam dengan chef yang berbeda tapi turun kasta dari prep-hand (yang masak-masak) jadi kitchen hand (bagian nyuci piring, buang sampah and matiin lampu booo) huuu.. huuu…. Tapi syukur masih ada kesempatan masak-masak juga karena temen-temen yang kerja malam merasa aku sedikit bisa masak juga (ya iyalah,, dari hotel gitu lokh! Hihi..)

Pas dirumah mau tidur, saya jadi mikir,, gini-gini kan kita bawa nama Indonesia juga, ya gak? Tapi dalam hati, saya terkekeh-kekeh juga,, walo sempet kursus masak yang gak selesai di Jakarta..ya iyalah belom bisa gape bgt masak,, lha wong magangnya cuma SATU HARI, bahkan bukan cuma satu hari, melainkan 8 JAM saja, itupun dikurangi istirahat siang dan sore, kerjaan gw pun CUMA ngupas kentang, bedakin tahu, menghias burritos dan jaga stand keju pas brunch time hueheuheuee… kena tipu mereka…… Pelajaran #1: PD is the best! ..the rest?? Urusan nanti..

Kamis, 05 Februari 2009

Ayam Balado


Hampir setiap hari dirumah pesti ada menu ini, dibikin size besar pun pasti ludesdes. Rasanya asin gurih pedas..sshh….

Rendaman Ayam
Ayam 6 potong
Bawang putih 2 siung, digeprek
Garam 1 sdt
Air

Diulek kasar
Cabe merah 8 bh
Bawang Merah 4 siung

Bahan lain
Asam jawa 3 sdm (penyet di air, ambil airnya)
Garam lagi 1 sdt
Minyak 4 sdm

Cara buatnya
Rendam ayam selama minimal 15 menit (lebih lama lebih baik), lalu goreng sampai benar-benar kering. Sisihkan.
Tumis bumbu ulekan dengan minyak sampai matang, tambahkan air asam jawa dan garam, aduk-aduk. Masukkan ayam goreng kedalam tumisan dan aduk sebentar sampai rata. Angkat.

Rabu, 04 Februari 2009

spasi

Seindah apapun huruf terukir, dapatkah ia bermakna apabila tak ada jeda? Dapatkah ia dimengerti jika tidak ada spasi?

Bukankah kita baru bisa bergerak jika ada jarak? Dan saling menyayang bila ada ruang? Kasih sayang akan membawa dua orang semakin berdekatan, tapi ia tak ingin mencekik, jadi ulurlah tali itu.

Napas akan melega dengan sepasang paru-paru yang tak dibagi. Darah mengalir deras dengan jantung yang tidak dipakai dua kali. Jiwa tidaklah dibelah, tapi bersua dengan jiwa lain yang searah. Jadi jangan lumpuhkan aku dengan mengatasnamakan kasih sayang.

Mari berkelana dengan rapat tapi tak dibebat. Janganlah saling membendung apabila tak ingin tersandung.

Pegang tanganku, tapi jangan terlalu erat, karena aku ingin seiring, dan bukan digiring.

by Dee, 1998